Cerita Sepeda : Mustang Baru Dari Bapak Ku (By MasNo 99)
Bersepeda adalah kegiatan yang sangat menyenangkan karena bisa berbaur dengan dengan sesama teman, selain itu bersepeda juga sangat menyehatkan jiwa raga. Sepeda merupakan alat tarnsportasi darat yang murah… tipe terendah kali murah, mahal gila… hehehe mau mahal mau murah sama saja penggunanannya tergantung budget dan kenyamanan saja ya, yang penting mau hidup sehat dengan bersepeda bukan gaya-gayan saja. Sepeda juga sangat mudah untuk dikendari, hehehe, mudah bagi yang bisa kalau yang gak bisa gimana? Masa sih? hari gini gak bisa naik sepeda? Hehehe becanda kelez.
Disamping itu sepeda merupakan alat transportasi yang ramah terhadap lingkungan karena tidak menyebabkan polusi jadi dengan bersepeda kita menjaga lingkungan dan kesehatan tubuh kita.
Aku sendiri bisa naik sepeda kelas 5 (Lima) SD loh, saat itu aku dapat tantangan dari bapakku, beliau bilang jika kamu bisa naik sepeda maka akan dibelikan sepeda baru. Woalah suruh bisa sepeda tapi gak dibeliin sepadanya, piye jal? Hehehe
Tapi itu merupakan suatu tantangan yang mengasyikan, usia segitu ya semangat bae gimana caranya aku harus biasa. Suatu ketika hari minggu tanggal lupa bulan lupa tahun apa lagi, hehehe. Saat itu lagi pada potong rambut ngantri dihalaman rumah ku, pas kebetulan tetangga ku membawa sepeda tentunya seumuran lah sama aku waktu itu. Nah aku minta potong rambut duluan, saat aku selesai gilirian dia dong yang bawa sepeda dipotong rambutnya(Jamhari namanya), maka aku memberanikan diri untuk meminjam sepedanya padahal gak bisa gaya pake minjem segala cihuy. Dan akhirnya aku memberanikan diri entah karena keberani atau angin dari mana pada saat itu juga aku langsung bisa naik sepeda walaupun masih nabrak-nabrak tembok rumah tetangga sih, tapi gak apa-apa lah yang penting bisa dan kebetulan bapak ku melihatnya.
Perasaan haru dan bahagia serta bangga aku bisa naik sepeda, yes.. yes..yes…sepeda baru. Hari-hari berlalu berganti minggu sampai berganti bulan bapak ku tak kunjung datang. Mana sepeda baru yang dijanjikannya, aku menunggu ingin segera mengendarainya, maklum lah pada zaman itu orang tua ku kerja di Jakarta dan janji pulangnya membawa sepeda baru. Biasanya pulang setiap seminggu sekali, ini mah tak kunjung pulang, hati ini resah gelisah setiap hari nanya ke ibu, emak bapak mana?, emak bapak mana?, lama-lama emosi dong emak ku, bapak mana?, bapak mana? Sabar atu ceng tungguin, begitu emak ku menghibur hatiku yang gundah.
Tiga bulan berlalu sudah dan aku pun mulai kecewa, sudah hampir lupa akan janji sang bapak yang tak kunjung datang. Saat aku termenung dalam lamuna, cieee…cieee… gaya anak kecil ngelamun.😁 Malam itu selepas menunaikan solat maghrib.
Emak ku menghampiri diriku menepuk pundak ku, “ceng… sabar bapak pasti pulang bawa sepeda baru, bapak pasti akan tepati janji”, “emak ku mencoba menghibur ku”. Lalu aku dengan sedikit emosi menjawabnya “tapi mak, ini udah lama bapak tidak pulang biasanya juga malam minggu pulang, ini gak ada pulang”. Jawab ku pada emak ku.
Lalu emak ku berkata; “Ceng… sabar, bapak mu di Jakarta bukan seorang pengusaha, bukan pekerja kantoran, bapak mu di Jakarta cari uang kepanasan”. “Kerja apa mak, ko bapak panas-panasan?” Aku bertanya penasaran. Emak ku menjawab: ” Bapak mu hanya seorang pedagang, ceng….”. ” Pedagang apa mak?” Aku bertanya lagi. “Bapak mu seorang pedagang buah dingin, ceng….”. Aku tunduk terdiam, lalu pergi tidur dengan berkecambuk segala macam perasaan.
Beberapa hari kemudian tepatnya hari sabtu menjelang malam minggu bapak ku datang dengan membawa sepeda baru. Akupun gembira menyambut kedatangan ayah ku, ku salim dan ku peluk bapak ku dengan mengucapkan terima kasih kepada bapak ku. Lalu ku tatap sepedah baru ku keereeeeen gagah MUSTANG sepada bergengsi pada masanya.
Langsung saja aku pakai keliling-keliling keluar masuk gang perkampungan sesama teman bersepeda yang sudah punya lebih dulu, sampai aku lupa waktu sampai hari petang baru aku pulang ke rumah membersihkan diri lalu melaksanakan solat maghrib.
Selepas aku makan sambil istirahat melepas lelah sehabis bersepeda tanpa sengaja aku mendengarkan bincang-bincang emak dan bapak ku tetang bapak ku tak pulang selama tiga bulan yang lalu, maklum pada saat itu belum ada handphone yang canggih seperti sekarang. Ternyata dalam bincangannya yang aku dengar bapak ku berusaha keras untuk membeli sepeda beliau mengumpulkan seperak dua perak dari keuntungan buah dingin yang beliau dagangkan dan ibu ku pun menerimanya dengan ikhlas atas apa yang beliau kerjakan. Sungguh mereka adalah orang tua yang paling sayang sama aku. Aku bangga pada mu emak bapak.
Senin, 21 Desember 2020
Aku Rindu Emak – Bapak
By
MasNo 99