Agenda GowesKegiatanTips

Passion Bersepeda

“Kring,,,,kring,,,kriiiiingggggg!!!” sosok manusia parlente dengan topi khas vokalis Padi, Fadly, menaikkan sepedanya ke lantai teras rumah sambil bergaya konyol di atas sepedanya. “ayo gowes…! gowesss…..!” Mungkin beliau    tidak tahu, di dalam rumah saya sedang menerima tamu. saya hanya tersenyum simpul melihat kedatangannya. sambil berkata: ” sebentar Pak ustadz….!”
Pertanyaannya, Siapakah gerangan ?
Beliau adalah Ustadz Mahfudz, seorang guru bahasa arab yang umurnya jauh lebih tua dari saya tapi memposisikan dirinya seumuran dengan saya, keren kan?!!! hahahaha….
Ustadz Mahfudz merupakan sosok putra asli pribumi yang tidak jauh dari pendidikan agama pada dirinya. Sebagai ustadz, perilakunya seperti kultur pesantren yang penuh tawaduk, sopan dan ramah dalam kesehariannya. Beliau tampak sebagai deskripsi yang pendiem (kalo lagi diem mah,,,,qiqiqi), rajin mengaji, menjadi imam disana sini sekaligus memimpin tawasulan. Beliau tampak eksklusif dan dikenal masyarakat.
Seketika itupun, tamu yang sedari tadi mengobrol dengan saya agak terkejut dan tak lama kemudian membuat tamu tersebut bergegas untuk pamitan.
“Pak Ustadz gak kesorean?”tanya saya
“enggaaaaak, ayo buruan makanya” jawabnya
“bentar ya saya sholat ashar dulu” (jawab saya sambil cengengesan,,,,,)
“belum sholat?!!” sergahnya sambil menggelengkan kepalanya
“atuh maklum pak ustadz, beda kalo ustadz mah tepat waktu, saya kan preman…hahaha” (waktu itu menunjukkan pukul setengah 5 sore)
Akhirnya saya bergegas sholat dan sesegera mungkin menyelesaikannya,,,haha….
setelah saya selesai sholat dan tentunya kasih kabar istri yang sedang dines, akhirnya saya siap siap dengan seragam kebangsaan goweser legkap dengan kacamata hitam, sarung tangan,  dan helm sepeda. oh iya,,,, kalo masalah perizinan ke istri, kalo saya izin gowes dengan ustadz Mahfudz, istri saya sangat membolehkan alias BINTANG LIMA kalo kita belanja di Shopee. Ustadz Mahfudz ini sosok yang dapat dipercaya….hahaha….(tertawa jahat)
Akhirnya kita bersepeda ria berdua….
Kami bersepeda dari Harendong terus  melaju ke arah Nangela. santai tapi pasti, mengayuh sepeda perlahan – lahan melewati jalan raya Cikande – Rangkasbitung yang membentang lebar. Sore itu jalan ini banyak ditemui sepeda motor dan truk – truk konteiner yang mengangkut bawaan berbagai macam jenis. terkadang saya dengan Ustadz mahfudz kejar – kejaran saling mendahului layak pesepeda yang mau merebut tropi di perhelatan akbar (haha…ini sih lebay). selanjutnya kami bersepeda meuju cidahu – kopo. Di persimpangan jalan, dari kejauhan kami melihat sosok goweser  yang tak asing bagi kami. Ya, goweser berkacamata hitam, perawakan sedang, berpenampilan stylish laksana artis ibukota.
“Pak Ustadz,,, Bung maman di depan!” teriak saya yang kebetulan berada di posisi depan
kami pun berhenti, dan bung Maman pun menyadari akan kehadiran kami. kami dan Bung Maman bertemu tanpa sengaja. kamipun bersalaman tanpa cipika cipiki…qiqiqiqi
“Bung Maman, mau kemana nih?” sahut pak ustadz
“Ke Citra Maja pa ustadz, ieu Bendum tumben amat?” jawab bung Maman
(di komunitas sepeda jawilan, saya dipanggil Bendum, karena dianggap Bendahara Umum nya Koesja)
“Lagi melatih lutut saya ni pak Maman, agak sakit kalo dipake gowes” jawab saya.
Bung Maman ini seorang yang sangat bersahabat. sebagai orang aktif di berbagai organisasi, beliau ini sangat luwes dalam bergaul, ramah, dan murah senyum. Saya baru kenal Bung maman ini sejak aktif di komunitas sepeda jawilan, walaupun Bung maman saat ini bersama teman – teman lain memiliki otonom sendiri dalam Kopo Cycle Community (KCC). Info dari Intelejen yang saya kirim, Bung Maman ini seorang yang berjiwa sosial tinggi, suka membantu masyarakat yang kesulitan, dan semangat menjunjung tinggi nilai – nilai kemanusiaan…(serem yee kata – katanya haha…)
Setelah berbasa – basi ria, kami pun memutuskan untuk berpisah karena memang tujuan kami berbeda, Kami melanjutkan perjalanan ke arah Cidahu – Pasir Lame, sedangkan Bung maman ke arah Citra Maja. Di perjalanan, kami sangat menikmati pemandangan sawah, kendatipun tidak terlihat hamparan hijau karena padi – padi baru selesai dipanen. Saya dan ustadz Mahfudz terus menggowes dengan kecepatan yang tinggi sembari mencari tempat beristirahat.
“Pak ustadz kita istirahat dimana?” tanya saya.
“di depan aja” jawab Ustadz Mahfudz.
Sesampai di jalan setapak diantara pesawahan yang terbentang luas, kamipun berhenti. Terlihat dari kejauhan pemandangan Gunung Karang yang Indah diantara sinar matahari yang akan tenggelam. Indah sekali…!
Amazing….!
Masya Allah, Subhanallah walhamdulillah rasa takjub terhadap ciptaan Allah…
kami duduk di bahu jalan, kaki berselonjor menyentuh tanah pesawahan yang kering. sambil mata jauh memandang, telinga tajam mendengar deburan angin, badanpun terasa dingin oleh angin sepoi sepoi mengeringkan peluh keringat yang membasahi baju kami. Kamipun berfoto ria, mengambil gambar sesuai enggelnya yang pas.
Bersepeda itu bukan tentang apa, siapa, kapan, bagaimana dan mengapa. Bersepeda adalah tentang passion atau rasa semangat atau gairah dalam jiwa yang melekat diantara sepeda dengan orang yang bersepeda. Ketika tercipta passion antara dua hal tersebut, maka tak peduli apa isinya, siapa penikmatnnya, kapan dinikmati, bagaimana cara menikmati dan mengapa dinikmati, pasti terciptalah suatu aktivitas yang namanya “BERSEPEDA”. Panas terik mataharipun tak menjadi penghalang aktivitasmu karena ini tentang passion, kita dan sepeda.
Setelah berisitirahat, kamipun bergegas pulang.
“Jangan menjelaskan dirimu kepada siapapun karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu.” (Ali bin Abi Thalib ra.)
[KOMENTAR DENGAN FACEBOOK] - Mari Kita Berdiskusi & memberikan komentar positif.

heriyana

Hidup itu ibarat gowes, melelahkan tapi indah dan mengindahkan

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker